
“Dapat honor langsung
beli obat-obatan,” demikian pengakuannya.
Setali tiga uang
dengan Joana, Raditya Oloan, seorang disc jockey dan pemain
band juga terjerat oleh narkoba ketika masuk dalam hingat bingarnya dunia
keartisan.
“Nge-band tanpa drugs
rasanya kosong aja, kaya gitu,” ungkap Raditya.
Lalu apa jadinya
ketika keduanya menjalin hubungan cinta?
“Dia udah tahu aku
mulai make, akhirnya kita make bareng,” demikian pengakuan Joana, “kalau perlu
barang mintanya sama dia, kalau dia punya barang dia nawarin. Jadi apa ya?
Simbiosis mutualisme.”
Clubing, narkoba, seks
bebas, semua itu mereka lakukan tanpa memikirkan akibatnya. Keluarga,
pendidikan, karir, bahkan masa depan mereka tanpa terasa berada di ambang
kehancuran.
“Polisi, jangan
bergerak,” demikian seru seorang polisi.
Saat itu Joana dan
Raditya bersama beberapa orang teman di grebek oleh pihak kepolisian.
“Di meja itu, saya
ingat banget ada paketan beberapa gram, sama beberapa linting. Jadi kalau diperiksa,
pasti ditangkep,” ujar Raditya.
Akhirnya mereka semua
digelandang ke polsek Tangerang. Dengan berat hati, Joana dan Raditya
menghubungi orangtua mereka untuk meminta bantuan. Rasa takut akan amarah dari
orangtua jelas terbersit di hati mereka, namun apa daya, mereka kini sungguh
butuh bantuan mereka, mereka hanya bisa tertunduk di hadapan orangtua yang
telah melahirkan dan membesarkan mereka.
“Aku benar-benar
melihat pengorbanan mereka, pasti rasanya malu banget ketahuan ke polsek
jemput anaknya yang kena narkoba,” tutur Joana.
Orangtua keduanya
hanya bisa menangis saat datang ke polsek, tidak seperti yang mereka bayangkan,
tidak satu kata cacian atau amarah yang terucap dari mereka. Orangtua mereka
memberikan pengampunan bahkan menjamin mereka sehingga mereka tidak harus
merasakan berada di balik jeruji penjara. Sayangnya, hal itu tidak membuat
mereka sadar dan mengubah cara hidupnya dan membawa diri mereka kesebuah
permasalahan yang baru.
“Aku baru saja promo
film layar lebar aku, jadi yang kemarin-kemarin sibuk promo selain itu aku juga
masih make banget, kemana-mana itu pasti teler, tiba-tiba harus diperhadapkan
kalau aku hamil. Antara takut sama apa yang akan terjadi dengan karir aku,
orangtua gimana, teman-teman gimana, pikiran-pikiran buruk langsung kepikir
sama aku.” Selama satu bulan Joana dan Raditya tidak bisa memutuskan harus
melakukan apa. Sempat terbersit pilihan untuk aborsi, namun entah mengapa
mereka masih tidak bisa memutuskan juga.
“Sebenarnya
pertama-tama pemikiran saya ya aborsi, karena lingkungan saya banyak yang
aborsi, jadi bagi saya itu suatu hal yang biasa. Tapi di hati saya tergerak
untuk berkata: Jo, kalau kamu mau terusin, aku mau terusin,” terang Raditya.
“Ini benaran nih,
bayinya mau dijadiin?” tanya Joana tidak percaya. “Benar-benar ngga kebayang
nanti jadi seorang ibu, lalu punya baby, trus nanti apa yang harus dihadapin
benar-benar ngga kebayang.”
Sekalipun takut,
Raditya memberitahukan perihal kehamilan Joana itu kepada orangtuanya, demikian
juga Joana, mereka berdua terbang ke Manado menemui orangtua Joana untuk
mengakui perbuatan mereka. Sungguh diluar dugaan, kedua orangtua mereka tidak
memperlihatkan amarah mereka sekalipun memang terluka, namun mereka mendukung
keduanya untuk mengambil langkah selanjutnya.“Oke pah, kita sudah putusin untuk
terusin.””Kalau begitu papa dukung, papa akan ngomong sama mama. Kamu kasih
clue, kamu besok dateng ya,” ungkap papa Raditya.
“Mulai menjauh dari
rumah, papa saya melambaikan tangan, dadah. Disitu hati saya benar-benar
hancur. Saya lihat mukanya tidak ceria, dia senyum, tapi saya lihat matanya
sedih sekali.”
Tatapan sang ayah
benar-benar menghancurkan hati Raditya. Lelah, bingung, sedih, semua perasaan
itu bercampur baur di hati Raditya. Ia akhirnya memilih tidur tanpa mengucap
sepatah katapun pada Joana.
“Saat saya tidur, saya
terus terbayang dengan papa saya. Mungkin saya tidur sekitar 10 menit, hati
saya seperti ada yang pukul. Saya bangun, saya langsung megap-megap nangis, dan
saat nangis kata-kata yang pertama keluar adalah : Tuhan tolong saya, saya
menyerahkan hidup saya seluruhnya untuk Engkau. Kami berdoa, setelah selesai,
ada damai dan kekuatan baru dari situ.”
Januari 2007, akhirnya
keduanya masuk dalam pernikahan. Keduanya masih muda, labil dan penuh ego.
Mereka mencoba investasi dalam sebuah usaha dalam jumlah yang cukup besar,
namun gagal. Namun masalah mereka bukan hanya itu, mereka masih tetap
mengkonsumsi narkoba, bahkan Joana tidak lagi memikirkan janin dalam
kandungannya. Beruntung, mereka menemukan sebuah komunitas yang mau menerima
mereka apa adanya bahkan membimbing mereka untuk bisa keluar dari semua
keterikatan itu.
“Beruntung saya berada
di sebuah komunitas yang luar biasa, aku bersaksi dan didoain, dan puji Tuhan,
itu sembuh.”
Dengan saling mengakui
dosa, mereka sedang menelanjangi pekerjaan iblis. Dikomunitas ini juga, mereka
mengikuti konseling. Hingga pada Oktober 2007, Surya anak pertama mereka lahir.
Kelahiran Surya di ikuti oleh sebuah perubahan yang luar biasa. Joana bersih
dari keterikatan narkoba. Disisi lain, ada pengorbanan lain yang harus ia
lakukan.
“Dulu aku single
terserah aku mau pulang jam berapa, mau ngapain aja. Sekarang apa yang mau aku
lakuin harus mikirin suamilah, mikirin anaklah, mikirin rumah. Benar-benar
rasanya aku dikasih tanggung jawab yang gede banget, sedangkan Radit
prioritasnya masih pekerjaan dan pelayanannya dia,” tutur Joana.
Konflik antara suami
istri pun mulai terjadi. Namun bagaimana Raditya menangani tuntutan dari
istrinya?
“Saya sudah panas,
saya sudah emosi, akhirnya saya bilang ke teman saya: I hate this women! Tapi
saya ingat pas konseling, keluarga nomor dua setelah Tuhan, akhirnya walaupun
saya kesal, saya kesana. Dia bbm, saya sudah mau jawab dengan kata-kata yang
jelek, kata-kata yang menghina-hina, tapi saya merem, saya hapus, saya cuma
bilang : I love you. Saya pulang, saat itu saya pikir, saya mengalah untuk
menang.”
Raditya benar, dia mendapatkan kemenangan itu. Joana datang menghampirinya, duduk disampingnya dan berkata, “Dit, maafin aku ya?”
“Akhirnya, sejak saat
itu hubungan keluarga kita ngga pernah crash.”
Fokus Raditya dan
Joana saat ini sudah berubah. Tuhan, itulah yang menjadi prioritas hidup
mereka. Hal itu mengubah seluruh kehidupan mereka. Kehidupan rohani mereka
bertumbuh, keadaan ekonomi keluarga mereka pun mengikuti.
“Akhirnya saya
memutuskan untuk ninggalin bisnis saya, padahal saya lagi hutang, saya
tinggalin dan saya full melayani Tuhan. Tapi luar biasa, saya tidak keluar
keringat untuk cari uang, tiba-tiba ada orang telephone yang order. Selama satu
tahun seperti itu terus, sampai hutang saya lunas.”
Ketika keduanya
mengarahkan hidup mereka untuk menjadi semakin seperti Kristus, gaya hidup
mereka berubah. Upaya mereka bukanlah mengubah gaya hidup mereka yang lama,
namun fokus menjadi semakin seperti Kristus, dengan sendirinya kebiasaan buruk
mereka lenyap, dan tampillah pribadi Raditya dan Joana yang baru, yang setiap
hari menjadi semakin seperti Yesus Kristus. Jika mereka bisa berubah, Anda pun
bisa.
Sumber Kesaksian: Joana Alexandra & Raditya Oloan (jawaban.com)