oleh Hidup Baru pada
21 September 2011 pukul 3:08
Bagi
orang yang tidak percaya, cerita berikut pasti menjadi sesuatu yang tidak
mungkin. Tapi satu hal yang saya imani adalah bahwa hal ini benar-benar terjadi
dalam hidup saya.
Tanggal
1-6 Juli 2008 boleh jadi menjadi hari-hari yang sebenarnya tidak pernah menjadi
waktu yang begitu saya nanti-nantikan sebelumnya. Bayangkan, bahkan dua hari
tepat sebelum saya mengikuti retret di Cikanyere, saya sempat bertengkar hebat
dengan mama saya. Ya, bisa dibilang, kami sering sekali bertengkar. Kami berdua
memiliki luka batin yang akhirnya menyebabkan kami sering berbeda pendapat dan
salah paham.
Pada
hari pertama, jujur saja, saya sudah tidak memiliki semangat sedikit pun untuk
mengikuti retret. Saya pikir, untuk apa, apa tujuan saya mengikuti retret
ini? Sejak awal tahun lalu, saya benar-benar mencari seorang sosok Yesus
dalam hidup saya. Dalam batin, saya ingin sekali untuk bertemu Yesus, berbicara
dengan Yesus secara pribadi. Saya ingin merasakan bagaimana rasanya berada
dalam pelukan Yesus. Sekitar awal tahun 2007 lalu, saya mengikuti adorasi yang
diadakan oleh Romo Yohanes Indrakusuma, O.Charm, di Hotel Mulia
Jakarta. Hingga sampai adorasi itu selesai, saya seperti sama
sekali tidak mendapatkan apa-apa. Saya sama sekali tidak merasakan adanya
hadirat Tuhan saat itu. Kecewa, pasti. Tapi saya tidak lantas berhenti untuk
terus mencari Tuhan.
Retret
sekolah pada Agustus 2007 ternyata sama saja. Tidak ada yang berubah. Saya
tetap menjadi saya biasanya. Oktober 2007, saya mengikuti acara KRK Imago Dei.
Dan lagi-lagi, Tuhan sama sekali seperti tidak memberikan
apapun kepada saya. Jujur saja, saat itu saya menjadi sangat kecewa terhadap
Tuhan dan bersumpah untuk tidak lagi mencari Tuhan dalam hidup saya.
Semalam-malaman itu saya terus menangis. Ke mana Tuhan yang selama ini saya
damba-dambakan untuk membuktikan bahwa Ia sungguh ada dan hadir dalam hidup
saya?
Sejak
saat itu, akhirnya saya hanya berdoa biasa saja (tidak khusyuk). Saya pikir,
untuk apa saya berdoa dengan keras, sementara itu Tuhan tidak pernah menunjukkan
bahwa diri-Nya benar-benar ada bagi saya? Toh, sepertinya Tuhan
juga tidak akan membiarkan diri-Nya untuk datang kepada saya secara khusus dan
berbicara layaknya ayah dan anak. Tapi entah bagaimana, sejak bulan lalu,
selalu ada suara hati saya yang meyakinkan saya bahwa saya harus mengikuti
retret ini. Saya tidak tahu bagaimana hal ini dapat terjadi, tapi ternyata sampailah
saya pada acara tersebut!
Hari
pertama
Bosan,
iya. Tidak punya teman, iya. Bingung, pasti!
Saya
merasa retret ini hanya akan membuang waktu saya. ”Tidak ada yang akan saya
dapat dari sini”, kata saya membatin. Malam itu, diadakan sebuah misa pembukaan
retret. Pada saat itu, saya berdoa, ”Tuhan, tunjukkan bahwa Engkau sungguh ada. Buktikan
bahwa retret ini sungguh mendatangkan sesuatu untuk Grace, Tuhan. Tapi kalau
sampai retret ini selesai dan Grace tidak merasakan apapun, maaf
Tuhan, Grace akan meninggalkan Tuhan.” Setelah berkata demikian,
tiba-tiba dalam bayangan saya, saya melihat Tuhan Yesus menangis dan berkata, ”Grace,
Tuhan sayang sama Grace tanpa syarat.” Jujur, waktu itu hati saya langsung
hancur dan saya langsung menangis mendengar perkataan Tuhan yang begitu singkat
tapi mendalam. Tapi saya tidak berani berkata macam-macam kepada Tuhan, saya
hanya berkata, ”Baik, Tuhan. Tolong buktikan saja.”. ”Iya, Grace. Tapi tolong
buka hati Grace benar-benar buat Tuhan selama 6 hari ini.”, jawab Tuhan lagi.
Hari
itu juga, tiba-tiba saya dipilih untuk menjadi ketua kelompok retret, dengan
anggota sekitar 20 orang. Saya tidak mengerti apa rencana Tuhan. Ini adalah
pertama kalinya saya mengikuti retret penyembuhan luka batin seperti ini, dan
saya masih belum mengetahui apa-apa. Tapi sesuai janji saya kepada Tuhan, saya
kemudian menganggap bahwa ini adalah bagian dari rencana Tuhan.
Hari
kedua
Saya
mengikuti acara adorasi. Saya benar-benar membuka diri sepenuhnya untuk Tuhan.
Saya bernyanyi dengan hati, saya berdoa khusyuk. Saya benar-benar membuka hati
untuk Tuhan, tanpa memikirkan apa yang akan Tuhan beri bagi saya selama 6 hari
itu. Setelah mendengar para frater dan suster berkata-kata dalam bahasa roh,
dalam keadaan duduk bersila, tiba-tiba seluruh badan saya keram. Saat itu, saya
benar-benar merasa yakin, bahwa Roh Kudus sungguh sedang menguasai tubuh saya.
Tak lama kemudian, seorang Pastor mendatangi saya dengan membawa monstran,
tempat tubuh Yesus (hosti) disimpan. “Tuhan Yesus ingin menyapamu. Apakah kamu
dapat berdiri?”, tanyanya. Tubuh saya sungguh lemah, tapi demi menjawab sapaan
Tuhan Yesus, saya berusaha sekuat tenaga untuk bangkit berdiri. “Ya, saya mau,
Romo. Tapi tolong bantu saya berdiri.” Tidak sampai 1 menit kemudian, tubuh
saya langsung terhempas lagi ke belakang, terbaring dan mulai kaku pada seluruh
tubuh. Frater itu pun kemudian berjalan meninggalkan saya menuju peserta
lain.
“Yesus,
Yesus, Yesus...”, saya terus membatin seperti itu dalam hati saya. Tapi yang
keluar dari mulut saya hanyalah kata-kata, “Sess…sesss..sesss..”. Itu
adalah pertama kalinya saya mendapat karunia bahasa Roh. Saya tidak dapat
mengucapkan kata-kata secara ’indonesiawi’. Semua kata yang keluar seperti
sudah ada translator-nya.
Dalam
keadaan seperti itu, tiba-tiba lengan saya terangkat sendiri oleh tangan kuat
yang kemudian menopang pinggang kiri saya juga. ”Grace, Tuhan akan menjelaskan
semuanya.”, ada suara Tuhan Yesus yang dengan sangat jelas terdengar pada
telinga saya. Kemudian, Tuhan Yesus menjelaskan kepada saya mengenai segala hal
yang terjadi dalam hidup saya, tentang apa maksud Tuhan untuk tidak mengangkat
habis seluruh luka batin saya, tentang setiap masalah yang saya miliki, dan
yang terpenting tentang mengapa baru saat ini, di saat saya tidak terlalu
mengharapkan adanya pelukan Tuhan, Ia malah baru datang dan menyapa saya.
Kata
Tuhan demikian, ”Grace tahu, semua sudah Tuhan atur. Ini adalah saat yang tepat
bagi Tuhan untuk memeluk dan menggendong Grace.”. Seluruh tubuh saya sungguh
kaku, tidak mampu bergerak. Bukan lemas, bukan lemah, tapi kaku! Tangan-tangan
dan kaki kiri saya terjulur ke atas, kaki kiri saya keram hebat, dan semua
jari-jari saya saling menyimpul tidak beraturan dan tidak dapat digerakkan sama
sekali, meskipun dibantu dengan bantuan orang lain. Semakin saya berusaha
berteriak nama Yesus, semakin tubuh saya merasa sakit dan kaku. Tapi saat itu
saya sungguh merasa yakin, bahwa itu adalah kuasa Tuhan yang menghampiri saya.
Saya merasakan sungguh jari-jari Yesus, pelukan Yesus. Bahkan, saya merasakan
bagaimana Yesus mulai menegakkan tubuh saya sendiri! Saya melihat dengan mata
saya sendiri, bagaimana itu bentuk tangan Tuhan Yesus!
Tapi
anehnya, dalam pertemuan saya dengan Tuhan itu, saya sama sekali tidak dapat
mengingat apa saja yang menjadi harapan duniawi saya. Sepintas, saya seperti
dibawa Tuhan untuk melihat keadaan di dalam kapel tersebut. Saya melihat bahwa
hampir semua orang di sana berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan, memohon agar
Tuhan menjawab doa-doa mereka.
Saya
melihat, bahwa tiap-tiap dari diri mereka kemudian seperti membuat sebuah
saluran (pipa) berwarna abu-abu. Pipa-pipa tersebut itu lalu membentuk piramid
hingga ke puncak kapel (menuju hadirat Tuhan). Masing-masing peserta
menyumbangkan ’pipa-pipa’ mereka. Akan tetapi ada juga beberapa peserta yang
tidak memiliki pipa yang dapat mencapai puncak kapel. Pada saat itu, satu hal
yang saya lakukan adalah berdoa agar Tuhan membantu mereka untuk dapat
memperpanjang pipa-pipa mereka hingga dapat mencapai langit-langit kapel itu
juga.
Saya
bukanlah orang yang sering mendoakan orang lain. Tapi pada saat itu, saya
terus-menerus hanya dapat mendoakan orang-orang lain, baik yang saya kenal
maupun yang tidak saya kenal sekali pun. Saya mendoakan agar Tuhan menurunkan
berkat-Nya secara lebih lagi kepada tiap-tiap dari mereka.
Setelah
sekitar 1 jam setelah itu, saya meminta Tuhan untuk benar-benar menggendong
saya yang sedang terbaring di lantai. Dengan lembut Tuhan menyelipkan
tangan-tanganNya pada pinggang saya. Pinggang kiri saya mulai terangkat. Tapi
kemudian tiba-tiba saya merasa bahwa saya terlalu naif untuk mengakui bahwa
Tuhan memang sungguh mencintai saya. Saya meminta Tuhan menggendong saya
semata-mata hanya karena saya ingin Tuhan menunjukkan
kasih-Nya terhadap saya.
Setelah
acara adorasi selesai, saya masih dalam keadaan membujur kaku di atas lantai.
Saya sungguh takut. Saya ingin membuka mata, tapi bahkan untuk melakukan hal
itu saja saya tidak mampu! Beberapa suster dan teman akhirnya mulai mendoakan
saya dan berusaha menggerak-gerakkan tubuh saya. Tapi percuma, tubuh saya
begitu kaku. Akhirnya, tubuh saya diangkat menggunakan tandu.
Hari
ketiga
Sampai
pukul 02.00 dini hari, sikut tangan saya masih kaku (900). Pukul 05.00, seluruh
badan saya mulai dapat digerakkan kecuali kedua telapak tangan. Pukul 11.00,
sikut saya sudah membaik, tapi paha kanan saya malah tidak dapat bergerak.
Pukul 15.00, seluruh kaki kanan tidak dapat bergerak. Malam itu (3 Juli 2008),
diadakan pencurahan roh kudus. Setelah didoakan oleh seorang suster, tiba-tiba
perut saya merasa sangat amat sakit. Menjalar dari perut bagian kiri hingga ke
perut bagian kanan, kemudian menuju ke bagian tulang punggung. Rasanya seperti
semua badan sudah mau rontok! Ditambah lagi tiba-tiba kedua kaki saya kembali
kaku. Akhirnya, untuk kedua kalinya, kaki saya tidak dapat bergerak. Kali ini,
saya benar-benar tidak bisa berjalan.
Hari
keempat
Hingga
keesokan harinya, saya masih tidak dapat berjalan. Saya harus dibantu oleh
orang lain untuk dapat berjalan (dibopoh). Saya berlatih berjalan sejak
pukul 09.00-15.00. Setelah itu, saya terus-menerus dibantu oleh orang lain
untuk mengikuti sesi-sesi selanjutnya. Malam itu, diadakan acara Perayaan Bunda
Maria. Karena jaraknya cukup jauh, akhirnya saya dibawa menggunakan mobil untuk
mencapai bangunan gereja. Saya terus-menerus berdoa supaya kaki saya
segera dapat kembali berjalan.
Hari
kelima
Saya
bangun lebih awal dari teman-teman yang lain, untuk berlatih berjalan (sebelum
doa rosario tadi malam, ada seorang ibu yang menawarkan terapi jalan dengan
menggunakan embun kepada saya). Tapi, seketika itu juga, tanpa saya sadari,
ternyata saya sudah dapat mengontrol kedua kaki saya lagi! Saya langsung
bangkit dari tempat tidur, dan dengan langkah kaki yang masih sedikit goyah,
saya langsung kembali berjalan!
Hampir
semua orang tidak mempercayai akan hal itu. Enam ratus peserta retret, dan saya
adalah satu-satunya orang yang benar-benar merasakan betapa Tuhan Yesus memeluk
saya dengan begitu erat. Sampai saat ini, saya masih sangat jelas mengingat
bagaimana bentuk lekuk tangan Tuhan. Tangan-Nya begitu kuat, besar, begitu
mampu menopang segala masalah dan rintangan dalam hidup kita.
Satu
hal yang menjadi acuan bagi saya adalah, bahwa Tuhan sungguh-sungguh
menyediakan hal terbaik dalam hidup kita. Begitu begitu banyak kekecewaan dan
kesakitan, kesedihan yang kita alami dan rasakan dalam hidup. Ketika kita
berteriak, ”Di mana, Tuhan? Di mana, Tuhan?”, mungkin rasanya dalam menunggu
jamahan Tuhan adalah sesuatu yang begitu lama dan melelahkan. Tapi, ketika saat
itu datang, saat yang sangat kita nanti-nantikan tiba, ketika akhirnya Tuhan
menjelaskan segala hal yang terjadi dalam hidup kita, percayalah pada saya,
Anda tidak akan dapat melakukan apa pun kecuali mensyukuri setiap berkat Tuhan
dalam hidup Anda!
Sewaktu
saya terbujur kaku di hari kedua, Tuhan menunjukkan kepada saya 3 lingkaran
besar yang menjadi bagian dalam hidup saya. Lingkaran pertama, Tuhan
menjelaskan setiap masalah yang saya alami. Lingkaran kedua, mengenai semua
kekecewaan yang ada pada hati saya. Dan lingkaran ketiga, mengenai betapa besar
kerinduan saya akan kehadiran Tuhan atas saya. Dan Tuhan menjelaskan itu
satu per satu! Tuhan mampu menjelaskan semua itu!
Tuhan
memperlihatkan kepada saya, seluruh yang terjadi pada saya sejak saya masih dalam
kandungan! Tuhan memperlihatkan bagaimana ibu saya merasa sedih karena sikap
ayah saya yang kasar ketika saya masih dalam kandungan, Tuhan menunjukkan
bagaimana saya dapat lahir, bagaimana saya bertumbuh, terlebih bagaimana Tuhan
mencurahkan seluruh berkat dan rahmat-Nya lewat setiap masalah yang Tuhan
izinkan masuk dalam hidup saya! Tuhan seperti menunjukkan, ”Gini loh,
grace, kalau dalam masalah itu tidak ada berkat Tuhan yang kamu terima!”. Tuhan
menunjukkan bagaimana masalah itu dapat menjadi semakin rumit dan bagaimana
masalah itu menjadi seperti yang saya telah alami di mana di dalamnya selalu
ada berkat Tuhan, baik sekecil apa pun itu kuasa Tuhan yang kita rasakan.
Mungkin
kita merasa, di mana sih yang namanya kuasa, berkat Tuhan
ketika setiap masalah datang? Ketika kita sakit panas, pekerjaan kantor kita
terbengkalai, dan sebagainya, syukurilah hal-hal positif yang masih Tuhan
berikan. Bagaimana jika sakit panas itu kemudian mengakibatkan hal yang lebih
buruk daripada itu, kematian misalnya? Bagaimana jika terbengkalainya pekerjaan
kantor itu kemudian membuat kita kehilangan segala job kita?
Semua pasti ada konsekuensinya, ada hal baik dan buruknya. Tapi Tuhan ternyata
masih memberikan berkat-Nya kepada kita semua. Kita masih bisa bernafas bebas selagi
ada orang-orang yang untuk bernafas saja harus membeli tabung oksigen. Kita
masih bisa makan kenyang, di mana di belahan bumi lain masih banyak orang-orang
kelaparan.
Mungkin
sempat terlintas dalam benak kalian, apa yang saya minta pada Tuhan lewat
perjumpaan singkat saya tersebut. Jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada.
Mengapa? Ketika Anda dijelaskan dengan sangat mendetail oleh guru Anda mengenai
perkalian dan pembagian, apakah Anda masih dapat menawar-nawar bahwa 4x4=7? Hal
itulah yang terjadi pada saya. Seketika itu juga tidak ada yang dapat saya
proteskan pada Tuhan selain hanya bersyukur, bahwa saya masih memiliki Allah
yang begitu luar biasa!
Jangan
pernah mengharapkan bahwa masa depan Anda sepenuhnya berada
dalam tangan Anda. Ketika saya berdoa, ”Tuhan, saya mau apa yang saya
rencanakan, bahwa saya akan mendapat beasiswa S2, bahwa saya akan kuliah di
Itali, dan sebagainya terjadi!”, Tuhan malah menjawab, ”Grace, Tuhan punya hal
yang jauh lebih besar, jika Grace mau mengikuti rencana Tuhan.”
Apa
yang bisa kita ambil dari sini? Hiduplah saat ini juga! Jangan mematok
harga mati untuk masa depan Anda! Tuhan punya tawaran yang jauh lebih
menggiurkan! Lewat tulisan ini, saya sungguh berharap, agar Anda semua, dapat
terus berharap dalam menunggu pemenuhan janji-janji Tuhan dalam hidup Anda!
Saya sudah menunggu 2 tahun untuk merasakan tangan kuat-Nya menggendong saya.
Dan saya pun akan terus menerus menunggu Tuhan lagi untuk merasakan bagaimana
Tuhan Yesus kembali memeluk saya lagi, sampai kapan pun itu!
Hidup
Anda akan terus berubah. Dan Anda tidak akan pernah dapat meramalkan apa yang
akan terjadi selanjutnya. Tuhan Yesus sungguh mencintai satu per satu dari
Anda, betapa pun kotornya Anda, betapa pun dosa yang pernah Anda perbuat.
Tunggulah.
Semua ada waktunya.
Tuhan
memberkati.
Jakarta,
7 Juli 2008
Grace
Silvanna Wiradjaja.
Sumber: http://www.carmelia.net