Kesaksian, tempat penjualan kayu di kota paris,
dicuri namun pemiliknya dapat mengampuni mereka. Tinggal dipenjara tetap
mengasihi pemimpin penjara yang telah menyakiti dia. Dengan ada membaca
kesaksian ini, maka kita dapat melihat, ketika kita memiliki Tuhan dalam hidup
kita maka kita akan menjadi berkat bagi orang lain.
Tempat penjualan kayu
Di Paris, sebelum Perang Dunia II, tinggal seorang
Perancis keturunan Italia bernama Enrico. Dia berusaha di bidang bisnis
konstruksi. Tidak lama setelah mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru
Selamat secara pribadi, dia keluar pada larut malam, berjalan-jalan di tempat
penjualan kayu miliknya.
Pada saat itu, dia melihat dua bayangan melompat
dari sebuah truk dan berjalan memasuki tempat penjualan kayunya. Dia berhenti
dan berdoa.
"Tuhan, apa yang harus kulakukan?" Sebuah
rencana memasuki pikirannya.
Dia berjalan menuju kedua orang yang sedang memuat
beberapa batang kayunya itu ke truk mereka. Dengan tenang, dia mulai membantu
menolong mereka mengangkut kayu.
Setelah beberapa menit, dia bertanya kepada mereka,
"Untuk apa kayu-kayu ini?"
Mereka memberitahunya dan dia menunjuk ke tumpukan
kayu yang lain. "Kayu yang di sana itu lebih baik untuk itu,"
jelasnya.
Ketika truk itu sudah penuh, seorang dari mereka
berkata kepada Enrico, "Engkau jelas seorang pencuri yang baik!"
"Tentu saja! Kau telah menolong kami tengah
malam begini. Kau tahu apa yang kami lakukan."
"Ya, aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi
aku bukan seorang pencuri," katanya. "Kalian tahu, aku bukan pencuri
karena ini adalah tempat penjualan kayu milikku dan ini adalah kayuku."
Kedua orang itu sangat ketakutan. Orang Kristen itu
menjawab, "Jangan takut. Aku tahu apa yang kalian lakukan, tetapi aku
memutuskan untuk tidak memanggil polisi. Jelas kalian belum tahu
bagaimana untuk hidup secara benar, jadi aku akan mengajari kalian. Kalian
boleh memiliki kayu itu, tetapi lebih dulu aku ingin kalian mendengar apa yang
perlu kukatakan."
Dia memiliki dua orang pendengar! Kemudian pria itu
mendengarkannya, dan tiga hari kemudian keduanya bertobat. Yang satu menjadi
pendeta dan yang lainnya menjadi pemimpin gereja. Sejumlah kayu adalah harga
yang terlalu murah bagi dua jiwa. Yesus mengajar kita, bahwa satu jiwa jauh
lebih berharga daripada seluruh dunia.
Jadi, bukan pemberian kayu itu yang membuat kedua
orang itu datang kepada Kristus, melainkantindakan pengampunan yang
diulurkannya ketika mereka tertangkap sedang mencuri. Mereka tahu Enrico dapat
saja membuat mereka tertangkap dan mereka tahu juga, bahwa orang ini mengampuni
mereka, bahkan sebelum mereka bertobat. Tindakan seperti itulah yang
dilakukan Yesus di kayu salib. Dia mengulurkan pengampunan-Nya kepada kita
sebelum kita bertobat.
Didalam Penjara
Langkah pengampunan berikutnya yang dilakukan oleh
Enrico lebih mahal daripada sejumlah kayu.
Peristiwa ini terjadi setelah Nazi menginvasi dan
mengambil alih Perancis. Pada suatu malam, sebuah keluarga Yahudi datang ke
rumahnya. Dia membawa mereka masuk, menyembunyikan mereka dari Gestapo selama
dua tahun. Akhirnya, seseorang menemukan rahasianya dan melaporkannya. Gestapo
datang dan mengambil keluarga Yahudi itu, kemudian menangkap Enrico.
Natal 1944, beberapa bulan setelah penangkapannya,
Enrico masih di penjara. Komandan kamp memanggilnya untuk melihat hidangan
lezat yang tersaji di atas meja. Komandan itu berkata, "Aku ingin kamu
melihat makan malam Natal yang dikirimkan istrimu untukmu sebelum aku
menikmatinya. Istrimu juru masak yang hebat! Dia telah mengirimimu makanan
setiap hari selama kamu di penjara dan akulah yang menikmati semua makanan
itu."
Saudara Kristen kita ini amat kurus, hanya tinggal
tulang dibungkus kulit. Matanya kosong memancarkan rasa lapar. Tetapi dia
melihat ke makanan yang tersaji di atas meja itu dan berkata, "Aku tahu
istriku ahli masak yang hebat! Aku yakin engkau pasti menikmati makan malam
Natal ini."
Komandan itu memintanya untuk mengulangi apa yang
dikatakannya. Enrico mengulangi ucapannya dan menambahkan, "Aku harap
engkau menikmati makan malam ini karena aku mengasihimu."
Komandan itu berteriak, "Keluarkan dia dari
sini! Dia sudah gila!"
Perang berakhir dan Enrico dibebaskan. Perlu waktu
dua tahun baginya untuk memulihkan kembali kesehatannya. Dan Allah juga mulai
memberkati usahanya kembali.
Dia memutuskan untuk mengajak istrinya kembali ke
kota tempat dia dipenjarakan, untuk mengucapkan syukur kepada Allah yang telah
menyelamatkan nyawanya.
Ketika mereka tiba, mereka mendapat kabar, bahwa
mantan komandan penjara itu tinggal di desa yang sama. Sekali lagi, Allah
memberi sebuah gagasan kepada Enrico untuk pengampunan yang kreatif. Dia
teringat bahwa komandan itu senang pada masakan istrinya. Mereka berbelanja,
mencari sebuah tempat untuk memasaknya dan tidak lama kemudian, mereka muncul
di pintu rumah komandan itu dengan dua keranjang makanan.
Mereka diundang masuk. Kemudian Enrico berkata,
"Engkau tidak mengenali saya, bukan?" Enrico jelas telah berubah.
Berat badannya telah kembali seperti semula.
Komandan itu menggelengkan kepalanya.
Kemudian Enrico mengingatkannya, "Pada hari
Natal tahun 1944, saya sedang berada di kantormu. Saya mengatakan bahwa saya
mengasihimu dan engkau menganggap saya gila."
Mantan komandan itu tampak pucat dan menjauhinya.
Teman Kristen kita berkata, "Jangan takut! Kami tidak datang untuk
menyakitimu. Dulu saya mengatakan bahwa saya mengasihimu dan saya masih tetap
mengasihimu."
Komandan itu berdiri terpaku dengan mata
menerawang.
"Saya tidak gila, saya benar-benar
mengasihimu. Dan saya ingin menunjukkan kepadamu bahwa saya serius. Perang
telah usai. Sekarang waktu damai. Istri saya dan saya ingin duduk bersamamu dan
istrimu untuk makan bersama. Maukah engkau menerima permohonan kami?"
Saat mereka mulai menikmati makanan melimpah yang
dimasak istri Enrico, komandan itu tiba-tiba menurunkan pisau dan garpunya.
"Apa yang hendak kaulakukan terhadapku?"
Teman Kristen kita menjawab, "Tidak ada. Kami
hanya ingin engkau tahu bahwa kami mengasihimu. Kami mengampunimu."
"Bagaimana engkau dapat melakukan hal itu?"
"Kami jelas tidak mampu melakukan hal ini
dengan kekuatan kami sendiri," kata Enrico, "tetapi Yesus Kristus
mengajari kami untuk mengampuni." Enrico bersaksi tentang Yesus, dan
sebelum orang itu dapat melanjutkan makannya, dia berlutut untuk menerima Yesus
sebagai Juru Selamatnya pribadi.
Catatan:
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan
ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap
yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah
demikian (kolose 3:13). Tidak ada alasan untuk kita mengampuni musuh kita,
karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni kita.
Sumber: Buku Menang Dengan Cara
Allah/Sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar