Kehilangan ibu yang dikasihi membuat kehidupan Fabianus Abraham
menjadi hilang keseimbangan. Perasaan kurang dikasihi pun melingkupi hati anak
muda yang biasa dipanggil Bram ini.
Dari sinilah segala sesuatunya mengubah kehidupan Bram.
"Dimulai dari tahun 2000. Saat mamah meninggal. Jadi saat
itu aku ngalamin namanya kurang perhatian dari keluarga. Ayahku sibuk dengan
pacar barunya."
"(Ayahku) pernah perhatian, tapi aku gak mau diperhatiin.
Jadi, aku mulai dengan yang namanya pergaulan bebas dalam sekolah, bahkan luar
sekolah. Kakak yang diatas aku itu malah nakal bareng karena beda cuman setahun
ya kan ?"
Semakin hari kenakalan Bram semakin menjadi-jadi dan tanpa sadar
ia kian tenggelam dengan hal-hal negatif.
"Kalau orang lain berprestasi karena nilai, aku berprestasi
mungkin karena kenakalan. Gak naek kelas, dikeluarin dari sekolah. Akhirnya aku
coba nongkrong-nongkrong di Distro. Nah di distro ini ketemu ama komunitas yang
namanya tato piercing lah. Akhirnya aku mulai tato, piercing, gitu deh. Nah itu
makin menanjak lah itu pergaulan, gak terkontrol. Masalah narkoba pun, tiap
malam disediakan ya kan? Nyaman gitu ada di dunia itu"
Hubungan yang kurang harmonis dengan sang papa membuat diri Bram
terus menerus hidup di dalam kebiasaan buruknya. Bahkan dari narkoba yang ia
konsumsi, ia mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Waktu itu aku kayak nyari jati diri. Hubungan sama orang
tua juga udah mulai gak enak. Jadi, udah gak pernah komunikasi. Gak pernah
kepikiran, gak sadar ternyata udah tujuh tahun ada di dalam komunitas
itu,"
"Pas papa udah kena sakit jantung, perusahaannya juga
bangkrut, masalah ekonomi udah merosot lah, tapi tetap aku pake narkoba segala
macam gitu. Aku cari uang ya dengan jualan narkoba. Aku rasain pas aku pake
narkoba, ya mungkin dapat ketenangan, rileks gitu, enjoy. Aku gak mikirin yang
namanya hidup. Jadi yang aku tahu aku hidup ya cuma buat itu-itu doing,"
Merasa tenang dengan bisnis haramnya, ternyata Bram mengalami
kejadian yang tidak mengenakkan. Berawal dari transaksi yang tercium oleh
aparat polisi, Bram akhirnya tertangkap basah di rumahnya sendiri.
"Aku ketangkep ama polisi tanggal 19 Desember 2008. Aku
kedapatan lagi jual narkoba di dalam rumah, aku simpan narkoba 15 paket."
Hidup sebagai seorang tahanan membawa Bram ke dalam sebuah
pengalaman rohani yang belum pernah ia alami sebelum-sebelumnya.
"Pas di dalam tahanan itu, aku mikir aku gak bisa
kemana-mana lagi. Saya pun dipenjara harus ada uang atau apa segala macam, ya
baru aku datang ke Tuhan. Pas aku berdoa malam itu, gak tahu kenapa aku bisa
nangis, nangisnya bisa sampe parah banget. Jadi, aku berdoa sambil berlutut,
aku minta ampun, minta ampun, menyesal sama Tuhan. Pokoknya disitu aku
ngerasain banget ternyata di dalam penjara pun Tuhan ada. Ya, ternyata di dalam
sel pun, tempat yang mungkin bagi orang tuh, hina atau apa, di situlah aku bisa
ketemu sama Tuhan. Ya penyesalan, apa segala macam, itu keluar dari situ,"
"Aku komitmen untuk berubah. Teman-temanku yang seumuran
aku udah mulai kuliah, udah mulai sukses, udah mulai segala macam dan aku baru
mulai dengan hidup baru. Jadi kayak telat banget."
Juli 2010, Bram akhirnya keluar dari penjara. Walau sudah berada
di luar, tetapi Bram akan selalu ingat dengan tempat tersebut karena dari
situlah banyak hal positif yang ia dapatkan untuk bekal kehidupannya di masa
yang sekarang ia jalani dan mendatang.
Bram pun bersyukur kepada Tuhan karena lewat pengalaman
ditangkap dan berada di sel penjara inilah ia mengalami perubahan di dalam
kehidupannya.
"Aku baru ngerti yang namanya hidup harus ngapain, di
penjara. Hidup harus punya tujuan. Aku mikir kayak sekolah kehidupan kali di
situ. Kalau setiap pagi ini, aku bangun dari tidur, kayak aku terus heran kayak
tujuh tahun yang lalu aku masih hidup dalam dunia narkoba, tetapi sekarang ini
aku kayak udah bisa lepas dari itu, itu benar-benar thanks God banget deh.
Kalau bukan Tuhan, aku bukan siapa-siapa lagi deh. Tuhan hebat, hebat banget.
Dia doang yang bisa ngubah hidup aku."
"Pembelajaran yang bisa aku ambil dari kehidupanku yang
dulu, pas aku pake narkoba pola pikir kan berantakan dan aku berpikir cara aku
cari jati diri dengan pake tato, piercing, pake narkoba, dan saat aku hidup
dalam Tuhan ternyata aku baru sadar cara itu salah. Tanpa itu-itu pun hidupku
berarti lah," pungkas Fabianus Abraham mengakhiri kesaksiannya.
Sumber Kesaksian :
Fabianus Abraham
sumber : facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar