saya mengalami
Mujizat. Namanya saja Mujizat, walaupun itu mengenai barang yang kecil, tetap
saja Mujizat itu Besar Nilainya untuk saya. Yah, sedikit kesaksian saja melalui
ini, supaya bisa menjadi berkat untuk siapa saja yang membaca, atau mungkin
bisa ditiru jika mengalami kejadian seperti yang saya alami.
Hari ini, seperti biasa saya mengawali hari
dengan Doa Pagi. Walaupun saya berkata seperti biasa, tentu bukan sebuah
rutinitas belaka. Di Chapel STT (sensor) Surakarta tempat
mahasiswa-mahasiswi melakukan Doa Pagi setiap hari Selasa-Jum’at. Di Semester 2
ini, Tingkat 1 mendapatkan Anugerah yang saya anggap ini adalah Anugerah Masa
Percepatan (Masa waktu yang dialami lebih cepat dari waktu yang biasanya
digunakan). Selain kami bersekolah yang harusnya 5 tahun menjadi hanya dengan 4
tahun, kami juga mengalami Masa Percepatan dalam hal Pelayanan. Keputusan untuk
Tingkat 1 sudah melayani Altar di Semester 2 ini membuat kami lebih cepat
belajar merasakan bagaimana berdiri di depan banyak orang dengan Baik dan
Benar.
Langsung saja tentang kesaksian saya,
berawal dari Doa Pagi yang saya ikuti di Chapel, dengan Firman Tuhan diambil
dari :
1
Tesalonika 5:16-18,
“Bersukacitalah
senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah
yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”, menjadi pembuka
lembaran baru saya pada hari ini.
Singkat cerita, setelah Ibadah Chapel dan
menyelesaikan pelayanan Operator LCD, saya menuju ke kelas yang biasa kami
gunakan untuk KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), ternyata Dosen tidak hadir. Niat
untuk mengerjakan tugas Kelompok muncul setelah mengetahui Dosen tidak hadir.
Menuju ke kamar dan mengerjakan.
Beberapa jam berlalu membuat saya lelah dan
mengantuk, sehingga saya sempatkan untuk tidur 1 jam. Setelah bangun kembali
menghadap laptop dan mengerjakan. Setelah selesai saya baru menyadari bahwa
Modem saya tidak ada di samping laptop. Saya ingat betul bahwa Modem ada diatas
kasur dan di samping laptop saya. Berusaha tenang untuk mencari. Disekitar
kasur, dibawah kasur, dibawah laptop, lemari, tempat buku pun sudah saya
bongkar, bahkan bertanya kakak kamar pun sudah semua dan hasilnya nihil. Lari
kesana kesini dengan sedikit panik bertanya apa ada yang meminjam saat saya
tidur, namun hasilnya sama saja.
Kembali ke kamar dan berdoa. Tentu saja
saya ingat untuk berdoa karna itulah satu-satunya jalan terakhir yang bisa saya
lakukan. Meminta ampun kepada Tuhan, pertolongan, dan petunjuk. Tentu saya juga
sampaikan bahwa itu berharga dan akan dapat nasehat dari orang tua kalau Modem
itu sampai hilang. Kondisi panik setelah mengerjakan tugas yang sedikit
membingungkan sungguh membuat saya tidak bisa fokus berdoa kepada Tuhan. Dengan
mengatur pernafasan dengan baik, saya berusaha untuk memfokuskan diri kepada
Tuhan, meminta ampun jika ada perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan,
meminta pertolongan untuk mengingatkan kembali jika saya lupa dan lalai
menaruhnya, dan petunjuk Roh Kudus membawa saya kepada benda itu berada.
Ketika selesai berdoa, ada satu tempat yang
ingin saya periksa. Namun ternyata tidak ada Modem saya di sana. Biasanya jika
saya pergi sebentar, laptop hanya saya tutup dengan bantal dan saya kunci pintu
kamar Asrama jika kakak kamar tidak ada juga. Kembali ke tempat tidur berniat
untuk menyalakan laptop di bawah bantal. Namun apa yang terjadi setelah saya
mengangkat bantal saya? Modem itu kembali berada disamping laptop, bersamaan
dengan bungkus penghapus yang saya lepas dari penghapusnya tadi pagi (baru
sadar kalau bungkus penghapus itu juga ikut hilang).
Saya tertawa dan mengucap syukur tentunya
karna memang tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Entah ini cobaan dari iblis
atau ujian dari Tuhan untuk meningkatkan ketekunan berserah saya kepada Tuhan
saya tidak tahu. Yang jelas pelajaran untuk saya, lebih baik langsung berdoa
saat ingin mencari sesuatu yang hilang dari pada mencari dengan kekuatan
sendiri. Hal ini sudah beberapa kali saya alami dengan kasus yang sama dan
benda yang berbeda. Fakta yang saya alami adalah benda tidak lama ditemukan
setelah saya berdoa. Jadi, “Tetaplah
berdoa”. 1 Tesalonika 5:17.
Gbu All.
By: Stefanus A.N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar