Kami sekeluarga tidak pernah berpikir bahwa sebuah peristiwa tragis
akan terjadi dalam keluarga kami. Pengalaman yang kami hadapi ini
menjadi teguran bagi kami, tetapi juga menjadi berkat kebaikan bagi
kami sekeluarga. Sebelumnya, kami sekeluarga hanya memiliki iman yang
biasa saja kepada Tuhan Yesus, tetapi melalui peristiwa ini, kami
dipacu untuk beriman dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat.
Peristiwa ini juga mendorong kami untuk lebih
rajin beribadah ke gereja dan berdoa.
Saat itu hari Jumat, tanggal 6 Desember 1996, sekitar pukul 17.00,
kami melihat anak kami yang masih mengenakan seragam sekolah sedang
bercanda ria bersama temannya. Tiba-tiba, ia jatuh pingsan, badannya
dingin, dan terlihat pucat pasi. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan
ini, kami langsung membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah
sakit, ia terus menjerit karena kesakitan. Setelah diperiksa, dokter
mengatakan adanya kelainan dalam perutnya dan menyarankan untuk dibawa
ke rumah sakit yang lebih besar untuk di-USG.
Sore itu juga, kami
langsung ke RS Immanuel. Dokter mengatakan bahwa anak saya harus
opname. Setelah melalui pemeriksaan, dokter ahli mengatakan bahwa anak
saya harus dioperasi karena terdapat kelainan dalam perutnya.
Besoknya, kami pun menandatangani surat pernyataan persetujuan
tindakan operasi.
Operasi berjalan dengan baik. Di bagian perut anak
saya, ditemukan semacam daging sebesar kepalan tangan. Setelah
diambil, anak saya dinyatakan akan kembali sehat.
Sepulang dari rumah sakit, kami sekeluarga mengadakan syukuran ala
kadarnya, mengundang teman-teman dan tetangga dekat.
Sebagai pengusaha, kami memiliki "motto": "Uang adalah nomor satu dan
uang adalah di atas segalanya", kami lebih mendahulukan uang daripada
pergi ke gereja. Hari Natal pun, kami bekerja banting tulang sampai
larut malam, padahal anak-anak kami semuanya berontak karena tidak
pernah menikmati damai yang sesungguhnya.
Setelah R (inisial nama anak kami yang dioperasi) beristirahat selama
satu bulan di rumah, pada tanggal 7 Januari 1997, ia kembali mengalami
hal yang sama. Kami menjadi sangat kalut dan gugup, lalu segera
membawanya ke rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa anak kami harus
dioperasi untuk kedua kalinya. Esoknya, operasi pun dilakukan. Dari
hasil operasi, diperlihatkan segumpal darah sebesar telapak tangan.
Rupanya ada semacam jaringan darah yang tertinggal dan tampak lebih
banyak daripada yang pertama ditemukan.
Melihat kondisi R dan tekanan darahnya yang sudah tidak normal,
diputuskan operasi dihentikan, ditutup kembali, dan dijahit. Biasanya,
pasien akan meninggal bila darahnya telah menyebar ke bagian dada dan
organ lain.
Hasil operasi itu pun dikirim ke salah satu laboratorium di Jakarta.
Setelah menunggu beberapa hari, dinyatakan bahwa R menderita kanker
super turbo ganas dan jenis penyakit ini sangat jarang. Obatnya juga
tidak ada di Indonesia, bahkan di luar negeri pun belum tentu ada.
Rasanya, kami seperti disambar petir di siang bolong! Cemas, gelisah,
takut, dan tidak tahu apa yang harus kami lakukan sementara kondisi R
terus memburuk, maka kami segera membawanya pulang ke rumah. Perutnya
seperti orang yang sedang hamil besar, dadanya mengembung, dan
sesekali ia menjerit karena kesakitan.
Kami kembali membawanya ke rumah sakit. Sebagai pertolongan dalam
mengatasi rasa sakit anak saya, dokter memberikan morfin yang ternyata
hanya mampu mengatasinya dalam waktu 12 jam. Hari ketiga bertahan 8
jam, hari selanjutnya hanya mampu bertahan 4 jam. Di mulut anak saya
dipasang selang yang langsung ke perut, dari hidungnya dipasang selang
untuk oksigen, tangan kiri dan kanan diinfus. Betapa menderitanya dia,
bahkan kanker itu telah menjalar menutupi lubang anus dan ususnya
membesar.
Sebagai orang tua, kami hanya bisa menangis dan meminta
ampun kepada Tuhan atas segala dosa yang telah saya perbuat selama
ini. Saya berkata kepada Tuhan, "Mengapa harus anak saya yang
menderita seperti ini? Ampuni kami Tuhan kalau kami telah menjadikan
uang nomor satu, di atas segalanya, dan menghalalkan segala cara
sehingga membuat Engkau murka.
Apabila Engkau memberikan kesempatan
kepada kami dan memberi kesembuhan kepada anak kami, kami berjanji
untuk tidak lagi melakukan hal yang menjijikkan dan kami akan lebih
aktif ke gereja dan menyaksikan kebesaran Tuhan atas hidup kami.
Engkau adalah Allah yang tiada mustahil, tolonglah kami Tuhan!"
Saat itu, kami hanya terus menangis, sangat berharap kepada belas
kasihan Tuhan Yesus sebagai Dokter di atas segala dokter.
Kami berdoa
dengan sungguh-sungguh dan berpuasa. Pikiran kami semakin kalut,
berpikir mengenai biaya, keuangan yang semakin menipis, dan pekerjaan
yang juga kami tinggalkan. Lalu, Tuhan mengirimkan hamba-hamba-Nya,
pendeta-pendeta dari Gereja Bethel berdoa bersama kami, dan juga
rekan-rekan dari FGBMFI (Full Gospel Business Mens Fellowship
International), mereka telah banyak membantu dan menguatkan kami. Kami
juga berterima kasih kepada para tenaga medis, suster, dan terutama
kepada Sang Dokter Agung, Tuhan Yesus, yang mengadakan pemulihan
kepada anak kami. Harapan untuk kesembuhan semakin nyata dan kesehatan
anak saya semakin baik.
Kemoterapi akhirnya dilakukan, kurang lebih 10 kali.
Suatu hari, istri
saya dipukul oleh R karena ia ketagihan morfin! Ia meraung, menggigil,
dan minta disuntik morfin. Setiap 4 jam sekali, ia selalu ketagihan
dan harus disuntik dengan morfin. Istri saya hanya menangis karena
peristiwa itu seperti lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut singa!
Saat itu, kami seperti mendapat bisikan dan hikmat, berikan suntikan
infus! Maka, kami segera mengatakan kepada suster untuk memberikan
suntikan infus dan mendoakan infus itu di dalam nama Yesus. Suntikan
pertama dilakukan dengan dosis yang dicampur morfin 50 persen. Empat
jam kemudian, dosis diturunkan menjadi 25 persen, dan selanjutnya
hanya dengan 100 persen air infus murni! Puji Tuhan! Dokter dan suster
yang menyaksikan hal itu pun tidak percaya. Semua ini adalah mukjizat
Tuhan! Luar biasa ....
"Air infus plus Tuhan Yesus" telah menolong R
terlepas dari ketagihan morfin!
Hari keempat R sudah mulai duduk. Esoknya, ia mulai berjemur dan
kondisinya pun terus membaik. Selanjutnya, ia mulai dapat belajar
berjalan walaupun dipapah; dan tak lama kemudian, dokter
memperbolehkannya pulang.
Pada akhir September, hasil laboratorium menyatakan bahwa BHCG R di
bawah 1.
Hingga hari ini, R telah kembali sehat dan sembuh total. Puji
Tuhan!
Sungguh, kami bersyukur dan membayar nazar kami. Lewat peristiwa ini,
kami semakin dekat kepada Tuhan, semakin rajin ke gereja, dan bahkan
setiap ada kesempatan, kami selalu bersaksi tentang pertolongan dan
kuasa Tuhan.
Dan, saya bersyukur saat ini boleh bergabung dengan Full Gospel
Business Mens Fellowship International, bertemu dengan saudara-saudara
seiman, sehingga iman percaya kami terus bertumbuh, meningkat, dan
semakin dewasa.
Sekali lagi, ini semua karena kasih dan anugerah Tuhan
Yesus Kristus kepada kami, umat-Nya, sehingga lewat pengalaman tragis
ini, kami sekeluarga diselamatkan.
Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: Full Gospel Business Men`s Voice Suara Indonesia
Judul artikel: Infus Plus Tuhan
Penulis: Karim Pribadi
Penerbit: Full Gospel Business Men`s Fellowship Internasional Indonesia dan Nigeria, Jakarta, 2004
Halaman: 16 -- 18
POKOK DOA
1. Bersyukur kepada Tuhan Yesus atas pertolongan yang Dia sediakan
bagi setiap orang yang bersandar kepada-Nya. Kiranya
kesaksian kesembuhan ini menjadi berkat bagi setiap orang yang
membacanya.
2. Berdoalah bagi setiap rekan atau saudara kita yang menderita kanker
supaya Tuhan juga memberikan kesembuhan dan karya Allah
dinyatakan dalam kehidupan mereka.
3. Berdoalah bagi kesehatan keluarga, sahabat, saudara, dan semua
orang Kristen sehingga dengan tubuh yang sehat, mereka
dapat senantiasa melayani dan memuliakan Tuhan dalam pekerjaan
yang mereka lakukan.
"Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan
kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan
kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah."
(Yeremia 33:6)
sumber : www.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar